KARO - Penggunaan dana desa (DD) mulai dari tahun anggaran 2018 - 2021 di Desa Gongsol, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo, Rabu (25/05/2022) kembali dipertanyakan masyarakat.
Pasalnya, pengadaan 250 tabung elpiji (LPG) ukuran 3 kg yang menggunakan dana desa untuk dibagikan kepada masyarakat, hingga saat ini belum terealisasi.
Baca juga:
Aplikasi Smart Desa Resmi Diluncurkan
|
Bahkan bukan hanya itu saja, beberapa pembangunan fisik (infrastruktur) ada juga yang mangkrak serta tidak bermanfaat bagi masyarakat.
Artinya, infrastruktur yang dibangun menggunakan dana desa tidak melalui musyawarah desa. Warga menuding, jika kepala desa terkesan seenak 'Udelnya' saja mengelola anggaran yang disalurkan pemerintah pusat melalui anggaran dana desa (ADD).
"Kita sebagai masyarakat wajar mempertanyakan penggunaan dana desa. Seperti tabung gas 3 kg, sampe sekarang tak kelihatan juga. Katanya akan dibagikan, mana? sudah masuk pertengahan tahun 2022, tabungnya tak nongol-nongol, " ujar salah seorang warga desa yang mengaku bermarga Surbakti.
Menurutnya, pertanyaan warga yang ditujukan ke pemerintahan desa sangatlah wajar. Karena dana desa bukan uang milik pribadi kepala desa. "Kalau kita tanyakan, pasti disepelekannya. Seakan-akan dana desa yang dikelolanya itu milik pribadinya, "ketusnya lagi diamini warga desa lainnya.
Warga menuding jika dana desa mulai dari tahun 2018 hingga 2021 ada 'aroma' kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN). Sebab, ada juga pembangunan drainase pembuangan limbah ternak kuda milik perorangan bernilai Rp. 314 juta.
"Itu milik Ketua Bumdes Anto Tarigan. Apa kontribusinya ke masyarakat desa, dari awal rapat Musrenbang, warga tidak setuju. Sehingga pada rapat selanjutnya, ada beberapa tokoh masyarakat tidak diundang lagi, " tambahnya mengakhiri.
Kepala Desa Gongsol, Syahmidun Sitepu ketika dikonfirmasi melalui telepon seluler, Rabu (25/05/2022) sekira pukul 14:05 WIB terkesan emosi dengan pertanyaan wartawan.
"Kalau memang bisa kamu buktikan dengan data yang akurat, jumpa kita di kantor kepala desa. Saya tunggu kalian disini, jangan asal main tuduh saja. Selaku media, harus selidiki dulu baru bertanya, " gertaknya dengan nada tinggi.
Ia menyebut, jika selama empat tahun menjabat. Banyak sekali wartawan yang sering mengirim pesan kepadanya minta petunjuk. "Mendingan terus terang saja, jangan bertanya-tanya. Saya sebenarnya sudah jenuh dengan teror-teror seperti ini, " ujar Syahmidun dari seberang.
Menanggapi perkataan Kepala Desa yang terkesan menyepelekan wartawan. Kru wartawan yang tergabung dari beberapa media termasuk indonesiasatu.co.id, keberatan dengan sikap kepala desa.
"Kami menghubungi bapak tidak minta petunjuk, tapi konfirmasi. Perlu digaris bawahi. Kami tidak minta petunjuk, kami hanya konfirmasi terkait laporan warga. Jadi bapak tinggal jawab saja sesuai pertanyaan kami. Kalau bapak jawab informasi itu bohong adanya. Itu yang ditulis sesuai keterangan yang keluar dari mulut bapak, " ujar kru wartawan.
Adapun item pembangunan infrastruktur yang diduga sarat korupsi sesuai dengan informasi warga yakni bak penampungan air yang mangkrak, poskamling, gapura desa, mesin pembuat pupuk kompos dan dana renovasi balai desa.
(Anita Theresia Manua)